Showing posts with label WISE. Show all posts
Showing posts with label WISE. Show all posts

Menggenggam Kacang



Ada sebuah artikel menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika, caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tingal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu kita sudah tahu jawabnya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !

Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenamya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri.
Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.

Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf..

Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.
Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Teman, sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya.

Dan, kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan kita. Dengan begitu kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan senyum. Dan, kita pun tahu surga itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang hatinya betul-betul bersih...
Jadi, kenapa tetap kita genggam juga perasan tidak enak itu?
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Belajar Dari Beruang



Seekor beruang yang bertubuh besar sedang menunggu mangsa ikannya seharian dengan sabar di tepi sungai deras. Waktu itu memang tidak sedang musim ikan. Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu juga ikan yang berhasil ia tangkap.
Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya... hup... ia dapat menangkap seekor ikan kecil. Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan. Si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."
"Mengapa," tanya sang beruang.

"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu," rintih sang ikan.
"Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.
"Begini saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku untuk memenuhi seleramu," kata ikan.
"Wahai ikan, kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang.
"Mengapa?" ikan balas bertanya sambil menggeleng-geleng kepalanya.
"Karena aku tak pernah menyerah walau sekecil apa pun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan!" jawab beruang sambil tersenyum mantap.
"Ops!" teriak sang ikan, nyaris tersedak.


Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap : "Ohhh....Andaikan aku tidak menyia2kan kesempatan itu dulu...?"

Maka bijaksanalah pada hidup, hargai setiap detil kesempatan dalam hidup kita. Di saat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan; di saat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; di saat jatuh selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali; dan dalam kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita.

Bila kita setia pada perkara yang kecil maka kita akan mendapat perkara yang besar. Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan yang besar.
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Ayah



Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang
bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau
luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang
tuanya. Mereka akan sering merasa rindu teramat dalam dengan ibunya. Lalu
bagaimana dengan ayah?

Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu
setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata ayah-lah yang
mengingatkan ibu untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, ibu-lah yang lebih sering mengajakmu
bercerita atau berdongeng.
Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang ayah bekerja dan dengan wajah lelah
ayah selalu menanyakan pada ibu tentang kabarmu dan apa yang kau
lakukan seharian?


Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil, ayah biasanya
mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah ayah mengganggapmu
bisa, ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu. Kemudian ibu
bilang : "Jangan dulu ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya" , ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka.
Tapi sadarkah kamu? Bahwa ayah dengan yakin akan membiarkanmu,
menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia
tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru,
ibu menatapmu iba.Tetapi ayah akan mengatakan dengan tegas : "Boleh,
kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, ayah melakukan itu karena ayah tidak ingin kamu menjadi
anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit sakit flu, ayah yang terlalu khawatir sampai kadang
sedikit membentak dengan berkata :"Sudah di bilang! kamu jangan minum
air dingin!". Berbeda dengan ibu yang memperhatikan dan menasihatimu
dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja, kamu mulai menuntut pada ayah
untuk dapat izin keluar malam, dan ayah bersikap tegas dan mengatakan:
"Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi
ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting
pintu. Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah
adalah ibu. Tahukah kamu, bahwa saat itu ayah memejamkan matanya
dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa ayah sangat ingin mengikuti
keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang laki - laki mulai sering menelponmu, atau bahkan datang
ke rumah untuk menemuimu, ayah akan memasang wajah paling cool
sedunia. ^^

ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua
di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati ayah merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan ayah melonggarkan sedikit
peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk
melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan ayah adalah duduk di ruang
tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan
setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut. Ketika melihat putri
kecilnya pulang larut malam hati ayah akan mengeras dan ayah
memarahimu.

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti ayah akan
segera datang?" Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan
ayah"

Setelah lulus SMA, ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang
Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan ayah itu semata -
mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti.
Tapi toh ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak
sesuai dengan keinginan ayah.

Ketika kamu menjadi gadis dewasa. Dan kamu harus pergi kuliah dikota
lain...ayah harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan ayah terasa kaku untuk memelukmu? ayah hanya
tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk
berhati-hati. Padahal ayah ingin sekali menangis seperti ibu dan
memelukmu erat-erat.Yang ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata
di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik
ya sayang". ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi
dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu,
orang pertama yang mengerutkan kening adalah ayah. ayah pasti berusaha
keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan
teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan ayah
tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan.
Kata-kata yang keluar dari mulut ayah adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin ayah, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang,
nanti ayah belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. ayah adalah orang
pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. ayah akan
tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak
manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin
pada ayah untuk mengambilmu darinya. ayah akan sangat berhati-hati
memberikan izin. Karena ayah tahu bahwa lelaki itulah yang akan
menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya. Saat ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan
bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya,
ayah pun tersenyum bahagia.
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu ayah pergi kebelakang
panggung sebentar, dan menangis? ayah menangis karena sangat
Bahagia!

Kemudian ayah berdoa.Dalam lirih doanya kepada Tuhan, ayah berkata:
"Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik.Putri kecilku yang lucu
dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik.Bahagiakanlah ia
bersama suaminya."

Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya
yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

ayah telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...Adalah sosok yang harus selalu
terlihat kuat...

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...Dia harus terlihat
tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu...

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA"
dalam segala hal apapun.:'

Tersenyum dan bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih sayang
seorang Ayah hingga tugasnya selesai....
Jika kamu mengalaminya, Kamu adalah salah satu orang yang beruntung...


Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Teh Poci dan Gula Batu



ada seorang anak muda, pergi berlibur ke rumah kakeknya,
disore yang dingin, sang kakek menghidangkan teh poci dan gula batu, lalu, si cucu bertanya, kok masih pake teh poci sih kek, kan sekarang sudah banyak teh celup yang lebih praktis, aku belikan diwarung ya, bukan begtu cu, lalu sang kakek pun bercerita, bagi kakek, minum teh poci memakai gula batu adalah sebuah kenikmatan yang sangat istimewa, terlebih jika kamu dapat memahami arti kehidupan.

bersusah-susah dahulu..
bersenang-senang kemudian.

dan jika kamu perhatikan lagi.
tiap unsur dari teh poci mengandung filosofi hidup tertentu.

Gula Batu.
manis, bisa melambangkan kesenangan, impian, dan obsesi hidup.

Teh dalam Poci
pahit, sepet, dan panas, melambangkan kesulitan dan cobaan hidup.


kalau kita ingin manis (seluruh kesenangan), apakah kita bisa langsung memakan (hanya) gula batu??

jika kita lakukan itu, niscaya gigi kita akan remuk seketika.
gula batu juga perlu diseduh dengan teh pahit nan panas agar bisa dinikmati dengan layak, bukan?

Begitu pula dengan "kesenangan hidup."


kita akan lebih bisa menikmati nikmat yang kita punya (gula) saat kita pernah "diseduh" denagn panasnya hidup dan pahitnya keadaan (Teh Poci).

dan kita harus tahu,
Teh Poci tidak bisa langsung diminum langsung setelah diseduh..
kau tahu bagaimana rasa melepuh akan memenuhi lapisan kulitmu.

Begitu pula dengan "kebijaksanaan hidup."

dia perlu waktu untuk terbentuk sempurna.
dia perlu manis dan pahitnya kehidupan,
ditambah waktu tepat untuk membentuk..


Terkadang, banyak orang berkata bahkan mengeluh
"Betapa sengsaranya hidup.."

Ingatlah, Filosofi Poci..
Teh ini akan terasa sangaat segar bila diminum pada waktunya.

Semua butuh waktu untuk terbentuk sempurna.

Rasakan prosesnya, wahai cucu ku.
dan tunggu saat kau rasakan nikmatnya kehidupan.

Jangan kau kira hidup ini sengsara.
Kau tahu?


"sengsara" adalah hidup selalu menuntut bahagia.
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Rahasia Memberi


Seorang duda kaya raya jatuh sakit, hanya ditemani oleh tukang kebun tua dan supir setianya saja. Anak-anaknya yang tinggal nun jauh disana tidak sempat menjenguknya. Mereka hanya sempat mengirim aneka hadiah bagi kesembuhan ayahnya. Tatkala berbaring sendiri di rumah sakit, datanglah seluruh keluarga dan sanak famili si tukang kebun tua dan supir setianya. Mereka menemani dan menginap sampai si tuan kaya raya sembuh dan pulang kembali. Tak henti mereka mendoakan dan menghibur si tuan kaya raya dengan aneka cerita lucu dan tawa canda.

Tatkala ayahnya telah sembuh, anaknya membanggakan diri bahwa dengan hadiah-hadiah mahalnya itulah yang membantu ayahnya pulih kembali. "Tidak " tukas ayahnya, "akan tetapi sebab si tukang kebun tua dan supir setia kulah yang membuatku sehat kembali".

Ternyata, Perhatian dan kehadiran kita adalah pemberian yang jauh lebih berharga daripada harta benda dan kecukupan materi.

Sebuah badan amal mengadakan penggalangan dana dengan menampilkan pagelaran musik dari berbagai musisi terkenal. Tiada disangka datanglah sepasang manula dipenghujung acara. Mereka meminta kesempatan untuk menyanyi sejenak. Awalnya panitia menolak mengingat acara sekaliber itu tidak pantas bagi oma-opa tersebut. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya panitia tidak tega melihat kegigihan mereka tuk menyanyi. Awalnya mereka mencibir, hingga tatkala sang nenek menyanyi dengan penuh penghayatan diiringi petikan gitar sang kakek.

Penonton seperti terpana dan tergugah emosinya. Suara si nenek tidaklah bagus, pula iriingan gitar sang kakek pun tiada merdu, akan tetapi kesungguhan yang terpancar dari wajah tua mereka, menghapus rasa lelah dan cucuran keringatnya. Tepuk tangan bergemuruh ketika mereka usai menuntaskan penampilan terakhir mereka, sebelum akhirnya mereka dibawa kerumah sakit dan menghembuskan nafas terakhir disana. Kelelahan dan penyakit lemah jantung rupanya telah merenggut nyawa mereke. Meski demikian mereka tampak bahagia karena telah berbuat sesuatu yang sangat berharga di penghujung usia. Menyanyi sepertinya adalah pekerjaan ringan bagi kita, tetapi tampaknya tidak demikian bagi sepasang tua renta nan papa.

Ternyata, bobot pemberian tidak dinilai dari harga bendanya sendiri, akan tetapi dari totalitas diri sang pemberi dan seberapa berharga hal itu bagi diri sang pemberi.

Disebuah padang pasir yang terbentang luas, tiga orang pengembara tengah tersesat tak tentu arah. Persediaan makanan menipis, minuman pun tinggal sedikit sementara matahari kian sangar memancarkan panasnya. Ahirnya mereka menemukan oasis dimana mereka memuaskan diri dengan mandi dan minum serta memenuhi kantung air dan bekal mereka. Diperjalanan tiada terasa mereka telah minum cukup sering sementara salah seorang temannya nampak kering kerontang. Mereka memarahi sang kawan karena tidak membekali diri dengan air yang banyak.

Setelah tiba di sebuah kota sang kawan terpaksa dirawat dirumah sakit akibat dehidrasi parah. Ketika membersihkan perbekalan mereka menemukan bahwa kantung air mereka masing-masing telah bertambah satu dan sang kawan yang sekarat hanya memiliki sekantung kecil air. Akhirnya mereka sadar, bahwa diam-diam temannya yang sekarat itu telah menambah perbekalan air mereka dan mengurangi jatahnya sendiri. Dia sadar bahwa dalam perjalanan jauh tidak boleh mereka semuanya sekarat bersamaan, harus ada seseorang yang mengorbankan diri demi sahabat-sahabatnya.

Ternyata pemberian terbaik adalah ketulusan yang tersembunyi, utamanya dikala sulit.
____________________________________________________

Ternyata memberi tidak sesederhana yang kita kira,
Meski demikian pula tidak sesulit yang kita sangka,
Pemberian sendiri mungkin tidak terlalu bernilai, akan tetapi
makna sang pemberi yang membuatnya begitu berharga.


Memberi sesuatu dari milik kita adalah hal yang biasa,
Memberi sesuatu dari diri kita itu yang luar biasa.
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Roda Kehidupan


suatu ketika ada seorang pengusaha kaya tengah bersantai di sebuah taman. saat ia sedang duduk bersantai menikmati suasana disekitarnya, datanglah seorang pelukis jalanan menawarkan jasa melukis dirinya. namun dengan sikap sombongnya, pengusaha tersebut menolak.

"siapa anda seenaknya saja berbicara dengan saya,"bentak pengusaha tersebut.
pelukis tadi bergegas menjauh dan mengeluarkan peralatan lukisnya. ia terlihat sibuk melukis sesuatu. tidak lama kemudian si pelukis jalanan itu berjalan ke arah sang pengusaha sembari menyodorkan gambar yang baru saja dilukisnya, yaitu gambar sebuah roda.

"apa ini?"bentak sang pengusaha sambil melempar lukisan roda tersebut jauh - jauh. sang pengusaha kemudian pergi dengan wajah penuh emosi merasa waktu bersantainya diganggu dengan hal yang tidak penting.

keesokan harinya sang pengusaha terkena serangan jantung. ia harus dioperasi dan menjalani perawatan secara intensif di rumah sakit. beberapa hari di rumah sakit, ia tak kunjung sembuh. pihak rumah sakit meminta sang pengusaha untuk tidak pulang sebelum keadaannya membaik. cukup lama pengusaha itu dirawat di rumah sakit hingga akhirnya kondisinya membaik dan ia diiijinkan pulang. betapa kagetnya ia saat sampai di rumahnya. rumah, kendaraan, dan semua barangnya sudah dijual untuk biaya rumah sakit. sementara istri dan anaknya pergi begitu saja membawa sisa - sisa kekayaan harta benda yang dimilikinya. usahanya juga bangkrut karena terlalu lama ditinggalkan. sang pengusaha yang sombong itu kini benar - benar telah "jatuh"

tidak tahu harus kemana, ia-pun menyusuri jalan setapak dengan segudang penyesalan. seharian ia berjalan hingga akhirnya sampai di taman tempat biasa ia bersantai. ia duduk menikmati suasana sekitarnya, seperti biasa. saat tengah bingung memikirkan apa yang harus dilakukannya, seseorang dengan pakaian rapi ikut duduk disebelah sang (mantan) pengusaha tersebut sambil berkata,"lihat"

orang berpakaian tersebut menyerahkan sebuah lukisan roda. dengan heran, sang (mantan) pengusaha bertanya,"apa maksud anda menunjukkan lukisan ini kepada saya?"
orang berpakaian rapi itu menjelaskan bahwa ia adalah pelukis jalanan yang dulu dibentaknya. kini ia sudah menjadi pelukis profesional karena lukisannya diminati oleh sebuah rumah seni dan laku dijual hingga jutaan rupiah.kini ia sudah menjati seorang jutawan.

"perhatikan baik - baik. roda ini bukanlah sembarang roda. ini adalah lukisan "roda kehidupan". janganlah kita lupa bahwa kehidupan ini ibarat sebuah roda yang berputar. kadang kita berada diatas dan tak selalu kita berada dibawah. janganlah kita sombong saat berada diatas dan janganlah rendah diri saat kita berada dibawah. hukum "roda kehidupan" benar - benar ada andai kita mau dan mampu melihatnya."
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Kisah Uang Seribu dan Seratus Ribu


Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali ke luar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik..

Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.
Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :


“Ya, ampiiiyuunnnn. ………..dari mana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor , lecet dan…… bau! Padahal waktu kitasama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ….. Ada apa denganmu?”
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa.

Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
“Ya, beginilah nasibku, kawan. Sejak kita ke luar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan kotoran ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke ‘baluang’ Inang-inang. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. …….”

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:
“Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm… dompetnya harum sekali. Setelah dari sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan…… aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu.”

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : “Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!”
“Apa itu?” uang seratus ribu penasaran.
“Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir ditempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana…..”


Apa yang kalian dapat teman?

kita bisa lihat bagaimana nilai dari sebuah benda dapat membedakan bagaimana dan dimana mereka berada. Jadi disini bisa saya bilang kebalikan dari teori tukang parfum itu loh, klo di cerita parfum itu kan, lingkungan yang membentuk kepribadian seseorang, di cerita ini bisa kita lihat, nilai seseorang itu lah yang membedakan lingkungan dia tinggal. Jadi seseorang yang punya kualitas diri yang baik, maka dengan sendirinya mendapatkan tempat terbaik. Seperti jika kita bekerja atau berdagang, orang yang mempunyai nilai baik lah yang dapat naik tingkatannya dengan cepat. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan kualitas hidup kita. selain itu memang sangat jarang kita temukan lembaran uang sertaus ribu rupiah di kotak amal. memang nilai nominal bukan ukuran pasti. namun yang pasti beramal tidak akan membuat kita jatuh miskin.pasti!
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Cinta dan Waktu


Alkisah,di suatu pulau kecil,tinggallah benda-benda abstrak seperti cinta, kesedihan, kekayaan, kebahagiaan, dan sebagainya.mereka hidup berdampingan dengan baik.

Suatu ketika datang badai mengahempas pulau kecil itu. Air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pualu itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat menyalamatkan diri. Cinta sangat sangat kebingungan,sebab ia tidak dapat berenang dan tidak memiliki perahu.ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu, air semakin naik dan mulai membasahi kaki cinta.

Tak lama kemudian cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu. “kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!’ teriak cinta. “ aduh, maaf cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.”

Lalu, kekayaan ccpat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya, “kegembiraan, tolong aku!” teriakan cinta. Namun, kegembiraan terlalu bergembira menemukan perahu, sehingga ia tidak mendengar teriakkan cinta.

Air semakin meninggi hingga membasahi pinggangnya, dan cinta pun mulai panik. Tak lama kemudian, lewatlah kecantikan. “kecantikan, bawalah aku bersamamu,” teriak cinta.
“wah cinta, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku ini.” Sahut kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat kesedihan. “oh kesedihan, bawalah aku bersamamu,” kata cinta.
“maaf cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sedirian saja… ,”kata kesedihan sambil terus mengayuh terus perahunya. Cinta sudah mulai putus asa.ia melihat air semakin naik dan akan seera menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, “ cinta mari segera naik perahuku. “cinta menoleh ke suara itu dan melihat suara tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan cinta dan segaera pergi lagi.pada saat itulah, cinta baru sadar bahwa ia sama sekali tidak mengtahui siapa orang tua yang telah menyelamtkannya itu. Cinta segera menanyakan orang tua itu kepada penduuk tua di pulau, siap sebenarnya orang tua itu.
“oh, orang tua itu tadi? Dia dalah waktu,” kata orang-orang tersebut. “tapi, kenapa ia menyelamatkan aku? Aku tak mengenalnya. Bahkan, teman-teman yang mengenalku pun enggan untuk menolongku,” Tanya cinta heran.

“sebab, hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu.”
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Menyikapi Kehilangan


Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi financial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumahnya dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, sandang dan pangan. Anak-anaknya sudah lama tidak dibelikan pakaian. Istrinya sering marah-marah karena tidak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tidak tahan dengan kondisi ini dan ia pun tidak yakin bahwa perjalanannya kali ini pun akan membawa keberuntungan yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalan sepi, tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu. Karena penasaran, ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok.” Gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. “Sebaiknya bapak bawa saja koin ini ke kolektor kuno.” Kata teller bank itu memberi saran. Lelaki itu pun mengikuti anjuran si teller, membawanya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rezeki nomplok ini. Ketika melewati toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya, karena istrinya pernah berkata tidak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Setelah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan, dia melewati bengkel mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan sejumlah uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Ia terlihat ragu, tetapi pemilik mebel itu meyakinkannya dengan menawarkan mebel yang sudah jadi agar dipilih laki-laki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan, dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok ke luar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar lemari itu dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu Nampak ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lalu, lelaki itu pun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa, ia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu, ada seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istri si lelaki kebetulan melihat peramokan tersebut dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?” Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi."

Ada beragam cara menyikapi kehilangan. Dari marah-marah, menangis, protes pada diri sendiri, hingga bunuh diri. Orang yang sabar akan santai-santai saja ketika kehilangan sesuatu yang dimilikinya. Karena ia meyakini bahwa apapun yang ia miliki hanyalah titipan semata. Bisa saja sang pemilik mengambilnya kapan saja, ketika DIA menghendaki. Benar kata orang bijak, “Manusia tidak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup”.
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Kasih Bunda Abadi


Di suatu hari yang begitu indah dan damai, langit cerah berhias gumpalan-gumpalan awan putih. Angin bertiup dengan lembut. Sesosok malaikat turun ke langit dunia. Ia menjelajahi berbagai tempat yang ada, dari luasnya padang sahara hingga gunung-gununug tinggi yang tertancap kokoh di bumi. Disinggahinya sudut-sudut kampung di kota hingga ke pelosok desa.

Saat senja mulai menyapa dengan semburat merah jingganya, sang malaikat membentangkan sayapnya dan berkata, “ Kunjunganku hampir usai dan aku harus segera kembali ke dunia cahaya. Aku harus membawa sesuatu sebagai penanda kedatanganku ini.”

Ia melihat suatu taman bunga yang indah. Berbagai macam bunga tumbuh di situ. “Subhanallah, sungguh wangi dan indah bunga ini.” katanya penuh takjub.

Ia petik beberapa mawar beraneka warna. Dirangkainya sedemikian rupa seraya berkata, “ Tak ada yang lebih indah dan wangi daripada bunga mawar ini. Aku akan membawanya.”

Ia kembali terbang dan tanpa sengaja melihat seorang bayi dalam buaian bundanya. Bayi itu tersenyum riang dengan mata yang berbinar indah menatap bundanya.

Sang malaikat pun berkata,” Subhanallah, senyum bayi itu lebih cantik daripada rangkaian bunga ini. Akan kubawa pula senyuman itu.”

Ketika malaikat itu melihat sang bunda, ia sangat tertegun. Terlihat olehnya suatu pancaran kasih yang begitu tulus. Mengalir begitu lembut dalam setiap geraknya, menyelubungi dia dan bayi mungilnya. Malaikat pun kembali berkata, “Subhanallah, ternyata kasih bundalah yang tercantik di bumi ini. Aku akan membawa kasih bunda ini ke dunia cahaya.”

Sang malaikat pun mengepakkan sayap-sayapnya, terbang dengan membawa ketiga hal tersebut ke dunia cahaya. Ketika melewati gerbang cahaya, ia berhenti. Dilihatnya satu-persatu bawaannya. Rangkaian bunga mawar tlah layu. Senyuman bayi yang cantik telah pudar. Sementara kasih bunda masih ada, kecantikan sempurna dalam ketulusan sejati.

Ia membuang rangkaian bunga yang layu dan senyuman yang tlah pudar. Kembali ia kepakkan sayap-sayapnya melewati garbang cahaya. Dihimpunnya malaikat-malaikat dunia cahaya dan berkata, “ Inilah satu-satunya hal di bumi yang akan selalu indah dan abadi, yaitu kasih bunda….”
Silahkan Dibaca Selengkapnya...

Indah Pada Waktunya


Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang meyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya,apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang meyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut,


“Anakku,lanjutkanlah permainanmu,sementara ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.”

Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu sembrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil, “Anakku, mari ke sini, dan duduklah di pangkuan ibu.” Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah,dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat

hanyalah benang-benang ruwet. Kemudian ibu berkata, “Anakku, dari bawah memang ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa dia atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola,ibu hanya mengikutinya.” “Sekarang, dengan melihatnya dari atas, kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.”

Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada TUHAN, “apa yang Engkau lakukan?”

Ia menjawab, “Aku sedang menyulam kehidupanmu.” Dan aku membantah, “Tetapi nampaknya hidup ini ruwet,benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?

Kemudian TUHAN menjawab, “kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaan-Ku di bumi ini.

Suatu saat nanti Aku akan memanggilmu ke surga dan mendudukkan kamu dipangkuan-Ku,dan kamu akan melihat rencana-Ku yang indah dari sisi-Ku!”

SERING KALI KITA TIDAK MENGERTI APA YANG TUHAN INGINKAN DALAM HIDUP KITA..

TAPI PERCAYALAH BAHWA SEMUA YANG TELAH DIA IJINKAN TERJADI DALAM HIDUP

KITA ADALAH YANG TERBAIK UNTUK KITA. DAN SEMUA YANG DIA RENCANAKAN DI

DALAM HIDUP KITA SELALU TEPAT DAN INDAH PADA WAKTUNYA.
Silahkan Dibaca Selengkapnya...